Sinopsis:
Buku ini menjawab kebutuhan akan kurangnya pendekatan /metode/ cara menganalisis tari. Metode Ini menjadi alternatif dalam mengupas tari secara teks yang nantinya akan melihat konteks tari secara keseluruhan Ketika meneliti tari dalam paradigma teks dan konteks, maka pendekatan struktural dipandang penting aglis interpretasi tidak semena-mena (abriter). Berdasarkan cara analisis Adrianne Kappler yang diterapkan oleh Ben Suharto konsep ini dirasa masih relevan untuk menganalisis tari secara teks. Analisis struktur tari -yang memandang tari sebagai sebuah ‘teke’ pertama kali ditulis oleb Martin dan Pasovar (1961) yang menggunakan sejumlah pernyataan yang menguatkan hubungan antara morfologiadengan struktur, Selanjutnya Adrianne Kaeppler (1972) menganalisis struktur tari Tonga berdasarkan satu analogi linguistik, yang juga dilakukan ofeh Ben Suharto dalam menganalisis tari Gambyong (1987). Kaeppler menitikberatkan analisisnya pada dua tataran atau unit dasar, yaitu tingkat dalam kategori linguistik yang menggunakan padanan fonem dan morfem dengan mengetengahkan istilah kinem dan morfokin. Dalam linguistik, bahasa dapat diurai pertama-tama dengan memecah notasi fonetik semua suara -yang didengar. Hal ini dapat juga dilakukan oleh seorang penari yang memecah gerak dalam notast kinetik (seperti notasi Laban) semua gerak tari yang dilihat (Ben Suharto, 1987).