
Sinopsis:
Salah satu poin kinerja civitas academica dalam hal pengembangan materi ilmu pengetahuan tidak dapat dilepaskan dari aktivitas ilmiah berupa penulisan karya ilmiah. Selain sebagai bagian dari tugas pokok tenaga pendidik profesional, kegiatan penelitian juga dapat memengaruhi keaktualan informasi terkait dengan pengembangan ilmu pengetahuan berdasarkan data di lapangan terkini. Namun, di Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta, sebagian besar temuan data di lapangan yang diperoleh tenaga pendidik profesional tersebut tidak dituangkan dalam konsep tulisan ilmiah yang mampu membangun pemikiran ke depan sebagai solusi bagi permasalahan-permasalahan di lapangan. Hal ini menyebabkan minimnya publikasi pemikiran atas permasalahan-permasalahan khususnya terkait dengan perkuliahan umum. Mengacu pada pemikiran tersebut, peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) tenaga pendidik profesional menjadi hal yang mutlak diperlukan sehingga setiap tenaga pendidik profesional tersebut dapat mengembangkan kemampuan dan kualitas akademisnya melalui produksi karya ilmiah. Untuk itu, Unit Pelaksana Teknis Matakuliah Pengembangan Kepribadian (UPT MPK) akan menerbitkan bunga rampai bertema “Masyarakat, Seni, dan Perkembangan Budaya: Transisi Pandemi ke Endemi Covid-19” sebagai bagian dari andil pemikiran terhadap situasi sosio-kultural di masyarakat yang berkembang dalam masa transisi pandemic ke endemic Covid-19. Hal ini penting kiranya dilaksanakan mengingat proses pembelajaran untuk mata kuliah umum mengarah pada Project Based Learning (PBL) sesuai kurikulum MBKM (Kampus Merdeka). Perubahan kurikulum tersebut menuntut SDM UPT MPK untuk lebih peduli dengan perkembangan situasi sosio-kultural masyarakatnya. Untuk itu, tema bunga rampai UPT MPK ini diharapkan mampu menjadi gagasan pengayaan di tengah masyarakat yang terus berupaya menyehatkan diri, baik fisik maupun mentalnya, dan berkontribusi bagi pencerdasan kehidupan bangsa. Agustin Anggraeni mengulas penerjemahan istilah tari klasik gaya Yogyakarta ke dalam bahasa Inggris. Semua istilah gerak tari hanya dapat diterjemahkan menggunakan teknik descriptive karena perbedaan rumpun bahasa antara bahasa Jawa dan bahasa Inggris serta perbedaan kultur penutur kedua bahasa tersebut. Tulisan Bahasa Gado-Gado dalam Bahasa Indonesia (Suatu Tinjauan Psikolingustik) disajikan oleh Fortunata Tyasrinestu. Banyaknya istilah asing dalam bahasa Inggris yang dipakai oleh penutur bahasa Indonesia menyebabkan pencampuradukan bahasa Indonesia dan bahasa Inggris yang justru menunjukkan bahwa budi bahasa Indonesia belumlah lengkap. Perilaku ini menunjukkan kepercayaan diri yang kurang dalam pemakaian bahasa Indonesia sehingga bisa mengakibatkan kesalahpahaman antarpenutur bahasa karena logat yang kurang jelas, tata bahasa yang digunakan tidak benar, dan tidak semua lapisan masyarakat dapat mengerti kosakata bahasa Inggris yang ingin disampaikan penutur. Kecerdasan berbahasa diperlukan untuk mampu bertutur dan menyampaikan informasi dengan baik. Salah satunya adalah dengan mempunyai perilaku berbahasa yang baik, budi bahasa yang baik, artinya mampu berbahasa Indonesia dan berbahasa Inggris dengan baik pula. Tulisan lain disajikan oleh Kardi Laksono tentang meta-politik dalam seni.Seni pada dasarnya membawa keindahan dalam hidup manusia. Namun, di satu sisi, seni juga sebenarnya menjadi arena pergulatan batin, konflik-konflik sosial, dan persoalan-persoalan status di dalam diri manusia itu sendiri. Seni yang berada pada suatu kepentingan ekonomi dan politik menyebabkan kehidupan budaya akan berada dalam arena kehidupan yang berlabel harga. Dengan mempergunakan metode hermeneutika, konstruksi budaya politik santun yang berada dalam ranah filsafat politik menekankan pada etika politik manusia sehingga manusia dapat berpikir secara kritis, dan dapat memposisikan diri untuk orang lain. Kondisi manusiawi, sesuai dengan politik Arendt, mempunyai makna, identitas, serta nilai melalui tindakan mengubah (praxis) dari mencipta (poeisis), menekankan pada relasi kebebasan dan pluralitas, serta menunjukkan hubungan antara wacana dan ingatan sosial. Memasuki masa endemi, dunia seni mulai menampakkan apresiasinya. Salah satunya dengan penyelenggaraan pameran Jogja International Creative Arts Festival (JICAF), yaitu pameran internasional Fakultas Seni Rupa, Institut Seni Indonesia Yogyakarta. Megawati Atiyatunnajah menggali penggabungan karya seni dengan kearifan lokal budaya bangsa Indonesia yang disajikan dalam pameran ini. Prima Dona Hapsari lewat kajiannya mempromosikan gerakan literasi, yaitu membaca kitab suci Hindu yang ditulis sebagai naskah di atas daun palem, yang disebut lontar sebagai bagian dari gerakan sosial budaya. Gerakan tersebut berfokus pada bahasa dan aksara Bali, seperti yang telah diprakarsai dan didukung oleh para filolog dan aktivis lontar Bali yang memiliki kepedulian yang mendalam terhadap kampanye tersebut. Era pandemi Covid-19 telah membawa perubahan besar dalam kegiatan belajar mengajar di tanah air termasuk dalam kehidupan sosial pelajar Indonesia. Tri Septiana Kurniati mengulas keuntungan dan kelebihan pengajaran bahasa Inggris daring terhadap kehidupan sosial mahasiswa di Indonesia tahun 2021. Umilia Rokhani, dengan kajian sosiolinguistik, melihat tren penggunaan bahasa komunitas tertentu di tengah masyarakat luas. Terjadi perluasan bahasa komunitas melalui peran media, atau sebaliknya. Dengan demikian, identitas masyarakat secara potensial dapat terganti karena tidak memahami konteks bahasa yang dipergunakannya. Tulisan terakhir oleh Yudiaryani tentang cara membaca geopolitik dan ketahanan nasional melalui seni pertunjukan. Yudiaryani mengaitkan hal tersebut, terutama dengan seni pertunjukan teater.