SINOPSIS:
Pada tahun 1990-an perkembangan dan keberadaan karawitan di Gunungkidul mati suri. Hal ini dirasakan oleh Manthou’s saat pulang ke Gunungkidul. Manthou’s mendengar sendiri dari anak-anak muda bahwa mendengar gending yang ngl?met membuat mereka mengantuk. Kondisi ini membuat Manthou’s berpikir keras mencoba mencari alternatif agar karawitan bisa disenangi oleh generasi muda, agar mereka bisa menerima esensi karawitan meski dalam bentuk yang lain. Dengan masukan dari penulis, Manthou’s kemudian mencoba memadukan beberapa instrumendari ensambel gamelan, keroncong, dan instrumenbrillalu terciptalah ensambel baru yang diberi nama “campursari”.
Akhirnya campursari menjadi sebuah mahakarya Manthou’s yang keberadaannya ternyata bisa diterima tidak hanya oleh generasi muda, tetapi juga masyarakat luas, bahkan mampu menggebrak blantika musik nasional maupun internasional.
Buku ini bercerita detail tentang bagaimana perjuangan Manthou’s dalam memperjuangkan agar musik gamelan Jawa tidak hilang di tanah Jawa. Buku ini juga menceritakan bagaimana keterlibatan penulis baik secara langsung maupun tidak langsung dalam penggarapan campursari.