Penyunting: Kurniawan Adi Saputro, Tegar Andito, Agustinus Dwi Nugroho, Aji Susanto Anom Purnomo, Kathryn Widhiyanti

ISBN :

Tahun terbit: 2023

Stock: Ada

Harga: Rp.

SINOPSIS:

Akselerasi

Bisa dikatakan bahwa perubahan teknologi terjadi semakin cepat. Seolah-olah hampir setiap tahun ada saja teknologi baru yang muncul dengan nama-nama dan cara kerja yang belum kitapahami. Ini bukanlah perkara bahwa kita semakin tua, melambat, dan mengandalkan hal-hal lama untuk bekerja. Sebabnya juga bukan pemasaran berlebih-lebihan yang mengaburkan batas batasantara inovasi sungguh-sungguh (misal, ponsel cerdas) dan produk abal-abal yang mencari orang-orang mudah tertipu (misal, NFT). Kecepatan perubahan benar-benar bisa dilihat dariwaktu yang dibutuhkan untuk pengembangan teknologi, komersialisasi, dan terbentuknya pasar pembeli dari teknologi berbagai zaman. Bandingkan surat kabar yang membutuhkan waktu satu setengah abad untuk dibaca banyak orang sehari-hari, tetapi telepon hanya butuh waktu tujuhpuluh tahun untuk menjadi kenyataan komunikasi sehari-hari, dan ponsel cerdas hanya butuh kurang lebih dua puluh tahun hingga lebih dari setengah konsumen membelinya (Dediu, 2022)1.Perubahan teknologi bukan hanya cepat, tetapi kecepatan itu sendiri meningkat, atau terjadi percepatan.Laju kecepatan dan percepatan ini bukan keniscayaan, karena harus ada prasyarat-prasyarat yang memungkinkannya. Pasar global memungkinkan perusahaan-perusahaan teknologi mengakses kelas menengah yang tumbuh di seluruh dunia. Konsentrasi teknologi, pendidikanrekayasa teknik, dan modal di negara-negara Barat memungkinkan inovasi produk teknologi.Pabrik-pabrik manufaktur yang terpusat di Asia Timur memungkinkan pembuatan dan perakitan produk secara cepat, massif, dan terus diperbarui. Salah satu saja prasyarat ini melemah atau tidak bekerja akibat bencana, perang, atau kelesuan ekonomi, maka laju kecepatan akan menurun. Bisa karena sebab-sebab dan keterpaksaan akibat dampak lingkungan, berbagai negara memilih mengurangi laju kecepatan dan memusatkan energi dan pekerjaan pada bidang lainyang lebih ramah lingkungan. Pendek kata, meski berukuran dunia dan hasil interaksi berbagai bidang kehidupan yang memiliki mekanisme masing-masing (perguruan tinggi, perusahaan, permodalan, dll.), kecepatan dan percepatan perubahan sebenarnya kita buat-buat sendiri. Ini bisa kita ubah, kalau kita mengangankan tujuan yang berbeda atau karena keadaan sudah tidak memungkinkan. Disinilah refleksi penting dilakukan untuk memikirkan kembali tujuan dan keadaan-keadaan memungkin yang, bisa jadi, telah tidak ada.

Refleksi

Kajian humaniora secara terus-menerus bergelut dengan pertanyaan tentang apa makna menjadi manusia pada lingkungan yang berbeda-beda. Pertanyaan ini bisa diarahkan ke berbagai tujuan,mulai dari cerita-cerita yang dibuat manusia tentang manusia, teknologi-teknologi yang memungkinkan manusia menghayati imajinasi dengan cara yang berbeda-beda, kemungkinan kemungkinan kreatif yang baru, hingga ketimpangan-ketimpangan yang tak selesai dan mewarnai media bercerita. Jenis-jenis pertanyaan yang diajukan dalam seminar ini beragam,mulai dari pertanyaan instrumental, pertanyaan hermeneutik, hingga pertanyaan teleologis. Sebenarnya melalui kasus-kasus yang beragam dan berbagai-bagai media yang ditelaah dalam seminar ini terdapat dorongan dan kecemasan yang umum tentang relevansi seni, dan dengan ini berarti salah satu wujud kemanusiaan yang mendasar, dalam berbagai keadaan media dan teknologi yang berubah. Makalah-makalah pada seminar Seni Media Rekam  ini, lugas atau tersirat, mengandung pertanyaan tentang cara dan tujuan menjadi manusia. Pertanyaan cara mengandaikan kemungkinan untuk mencapai hasil yang lebih baik, dengan upaya yang lebih terbatas, atau jalanyang berbeda untuk hasil yang sama. Sementara itu, pertanyaan tujuan membandingkan keadaan sekarang dengan keadaan di masa depan, nyata ataupun masih menuju nyata. Kedua pertanyaan ini menjadi tugas kita para peneliti media dan seni dan masih akan kita bicarakan dalam seminar-seminar di tahun mendatang karena tampaknya tantangan akan makin sulit dengan pertaruhan yang semakin besar, yaitu krisis politik dan krisis lingkungan di berbagai tingkat yang kian menekan.